Teraskabar.com - Dalam kitab-kitab agama Ibrahim, raja atau nabi Sulaiman diceritakan miliki kekayaan yang luar biasa. Menurut catatan alkitab, Sulaiman memperoleh kekayaannya yang salah satunya berasal dari pertambangan bahan-bahan bumi seperti tembaga, perunggu dan emas.
Pencarian sudah sejak lama. Misalnya, sejarawan ultramodern telah mengusulkan beberapa tempat (beberapa di Israel, beberapa di Spanyol) yang dianggap sebagai King of Solomon’s Mines (Tambang Nabi Sulaiman).
Kisah kekayaan Sulaiman sendiri belum mendapat kesepakatan yang sama sesama sejarawan, beberapa di antaranya bahkan menyebut tambang itu sebagai dongeng.
Walau beberapa situs menurut info sebagai tambang Nabi Sulaiman. Salah satunya adalah sisa-sisa tambang kuno yang berada di Lembah Timna Gurun Negev Israel.
Fragmen arang dari Lembah Timna diperkirakan berasal dari abad ke-10 SM sampai ditinggalkan 3.000 tahun yang lalu. Tanpa ada alasan yang jelas, masyarakat kemudian meninggalkan tambang tersebut.
Penggalian arkeologi baru-baru ini, di bawah komando Mark Cavanagh dari Universitas Tel Aviv di Israel, telah mengungkapkan mengapa sejarah tambang kuno ini terhenti.
Lembah Timna di Gurun Negev Israel dekat Eilat adalah rumah bagi industri pertambangan dan peleburan tembaga besar sekitar 3.000 tahun yang lalu.
Melansir Scientific Reports yang terbit 21 September 2022. Terdapat industri tembaga berada pada puncaknya, bertepatan dengan masa pemerintahan Nabi.
Setidaknya menurut peneliti yang setuju hal itu pernah ada. Seperti bijih mineral lainnya, bijih tembaga perlu dipanaskan untuk diekstraksi dari tanah.
Hasil panas bakaran arang dalam jumlah besar, dan pada hari-hari awal penambangan, orang-orang kuno di Lembah Timna banyak menggunakan kayu yang terbuat dari sapu putih dan akasia.
Namun seiring waktu, bergeser dari pohon yang lebih miskin ke kayu. Arang membakar lebih panas dan bertahan lebih lama daripada kayu yang digunakan untuk membuatnya, dan para peneliti mengambil sampel arang dari berbagai tahap industri tembaga kuno.
Para peneliti percaya deforestasi skala besar akan menyebabkan kelangkaan kayu berkualitas. Di puncak gunung, tidak ada lagi kayu untuk membakar arang.
Orang-orang terpaksa meninggalkan tambang untuk mencari sumber mata pencaharian lain. "Ketika Anda mulai menebang pohon, ada efek bola salju," kata Cabana.
Lebih sedikit pohon berarti lebih sedikit hewan di seluruh ekosistem, lebih sedikit air, dan "sesuatu yang hilang tidak akan pernah kembali.
Baca Juga: Longsor di Tambang Emas, 6 Warga Kotabaru-Kalimantan Selatan Meninggal
Penambangan kembali dilanjutkan 1.000 tahun kemudian, ketika Nabat dan Romawi mengimpor kayu untuk arang yang lebih baik. [*]