Teraskabar.com - PT Pertamina (Persero) berikan alasan terkait perbedaan harga solar naik dan Pertamax turun. Alasan dari Pertamina yang berlakukan bahan bakar minyak (BBM) turun harga, yang berlaku sejak Sabtu (1/10/2022).
Simak tanggapan Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Irto Ginting berikut ini. Pertamina secara jelas hari ini telah melakukan penyesuaian harga BBM jenis non-subsidi.
Pertamina turunkan harga bbm non-subsidi jenis Pertamax (RON 92) dan Pertamax Turbo (RON 98). Hanay saja Pertamina menaikkan harga dua jenis Solar non-subsidi, yakni Dexlite dan Pertamina Dex.
"Perbedaan harga Pertamax Series dan Dex Series tersebut lantaran kondisi energi global, salah satunya adalah geopolitik di Eropa Timur," kata Patra Niaga Irto Ginting.
Kondisi tersebut menyebabkan tingginya permintaan produk bahan bakar gas di seluruh dunia, dan salah satu substitusi produk bahan bakar gas adalah bahan bakar diesel yang harganya mengacu kepada MOPS Kerosene.
"MOPS Kerosene ini menjadi acuan harga untuk bahan baku produk diesel. Tingginya permintaan dan terbatasnya bahan baku membuat harganya menjadi tetap tinggi. Meskipun harga minyak dunia trennya menurun," ujar Irto kepada CNBC Indonesia, Sabtu (1/10/2022).
Lebih lanjut, Irto mengatakan bahwa harga BBM non subsidi akan terus dilakukan penyesuaian. Hal tersebut mengikuti tren harga rata-rata publikasi minyak, yakni Mean of Platts Singapore (MOPS) atau Argus.
Adapun, harga BBM Pertamax untuk wilayah DKI Jakarta turun sebesar Rp 600 per liter dari yang sebelumnya Rp 14.500 per liter menjadi Rp 13.900 per liter.
Begitu juga dengan harga Pertamax Turbo turun dari yang sebelumnya Rp 15.900 per liter menjadi Rp 14.950 per liter.
Sementara itu, harga Dexlite naik dari yang awalnya Rp 17.100 per liter menjadi Rp 17.800 per liter. Berikutnya Pertamina Dex dari sebelumnya Rp 17.400 per liter menjadi Rp 18.100 per liter.
Baca Juga: Pertamax Turun Harga, Ini Daftar Harga BBM Terbaru di NTT dan Papua
Meski begitu, kenaikan dan penurunan harga tersebut berbeda di setiap wilayah masing-masing. Seperti di Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali. Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur hingga Papua. [*]