Teraskabar.com - Inflasi dunia melonjak membuat geopolitik mengguncang dataran Eropa. Bahkan Kroasia berharap dengan pindah mata uang ke Euro bisa memberi harapan baru bagi ekonomi rakyat negara tersebut.
Eks Republik Yugoslavia, yang bergabung dengan Uni Eropa hampir satu dekade lalu, mencatat tingkat inflasi sejak September lalu mencapai 13 persen, sementara hanya 10 persen bila berada di zona mata uang euro.
Menjelang peralihan pasar mata uang, pemerintah setempat terus meningkatkan perbelanjaan masyarakat dengan data penduduk 3,9 juta.
"Euro membawa ketahanan," ujar Ana Sabic dari Bank Nasional Kroasia kepada jurnalis, melansir dari AFP, Minggu (30/10/2022).
Ana Sabic melanjutkan, ibu kota Zagreb sangat membutuhkan akses pinjaman yang lebih besar dalam menanggulangi kondisi ekonomi di Kroasia. Bahkan sejak Juli, Bank Sentral Eropa, katanya telah menerbitkan kebijakan untuk mencegah krisis moneter.
Sekaligus dalam upaya mengendalikan resesi dan laju inflasi terhadap kenaikan harga, energi dan pangan, akibat perang Rusia dan Ukraina.
Menurut Goran Saravanja, pejabat kamar dagang dan industri Kroasia, sejumlah pakar menganalisa bahwa beberapa negara di Eropa Timur. Termasuk di kawasan Uni Eropa, yang masih berada di luar zona euro, seperti Polandia atau Hongaria lebih rentan terkena lonjakan inflasi.
"Saatnya memang untuk beralih pindah ke mata uang euro," kata Goran Saravanja.
Goran Saravanja melanjutkan, ketidakpastian ekonomi akan lebih besar dan berdampak buruk terhadap sejumlah negara di dunia.
"Termasuk bagi Kroasia, para pengusaha kecil dan menengah akan berdampak bagus jika berada di zona euro," katanya menambahkan.
Adapun di sektor pariwisata sambung, Goran Saravanja, bisa menyumbang pendapatan sebesar 20 persen dari PDB.
Baca Juga: Pengaruh Resesi Amerika Serikat Bagi Pelajar Asia dan India
Sejauh ini Kroasia sedang mempelajari pasar mata uang euro, dengan mengucurkan 80 persen dana dalam bursa saham bank mata uang euro.
Sejumlah aset seperti apartemen dan mobil serta barang berharga lainnya berdampak pada mata uang lokal negara bekas Yugoslavia itu. Sehingga inflasi mulai menyeret negara tersebut, maka perlu antisipasi cepat.
Memang sambung Saravanja, pasca kemerdekaan Kroasia 1991 dan penguasaan Yugoslavia, sebagian aset negara dalam penjualan, nilai tukarnya masih mark Jerman (mata uang resmi Jerman Barat). Barulah dua dekade terakhir berpindah ke mata uang euro. [*]