Kota Padang terkenal akan objek wisatanya yang menarik. Salah satunya adalah Kota Tua Padang yang menyuguhkan nuansa kontemporer Kota Padang di masa lalu.
Teraskabar.com - Ketika menginjakkan kaki di kawasan ini, mata pengunjung akan disuguhkan pemandangan dengan nuansa Eropa bergaya klasik, neo klasik, art deco geometric, modern, hingga art deco streamline.
Kota Tua Padang merupakan salah satu Cagar Budaya Provinsi Sumatera Barat yang berlokasi di sehiliran Sungai Batang Arau. Objek wisata ini ramai dikunjungi oleh wisatawab local dan turis pada sore dan malam hari.
Bagunan-bagunan tua, peninggalan masa lalu menjadi keunikan tersendiri yang ditemui di lokasi ini. Saat berada di sana, pengunjung seakan-akan dibawa berwisata masa lalu. Melihat bagaimana megah dan elegannya bagunan-bangun klasik ala Eropa yang sulit ditemui di daerah lain.
Sejarah Kota Tua Padang

Pada masa kejayaannya, Kota Tua Padang pernah menjadi pusat perdagangan dan perekonomian internasional di Sumatera. Perkembangan Kota Tua Padang mulai pada pertengahan abad ke-14.
Namun, pada saat kerajaan Aceh menguasai Kota Padang, pusat perekonomian mengalami kemunduran pada abad ke-15 sampai abad ke-16.
Kedatangan pedagang Belanda, Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) pada tahun 1663, perlahan mampu menyingkirkan dominasi Kerajaan Aceh di Kota Padang.
Pada tahun 1666, VOC menjadikan Kota Padang sebagai markas besarnya. Kemudian, untuk mempermudah akses masuk jalur perairan, VOC mendirikan pelabuhan di muara sungai Batang Arau, yang kini dikenal dengan nama Pelabuhan Muaro Padang.
Pelabuhan Muaro Padang yang merupakan pusat peradaban pertama di Kota Padang, berandil besar dalam lahirnya Kota Tua Padang.
Bangunan Peninggalan Kota Tua Padang

Kejayaan Kota Tua Padang pada masa lalu dapat terlihat dari bekas bangunan beberapa perusahaan besar nasional yang dulu pernah beroperasi di sana.
Di antaranya: gedung PT. Dharma Niaga, PT. Cipta Niaga, PT. Busana Andalas, PT. Hiswana Pertamina, PT. Kurnia Jagad Abadi dan PT. Cipta Niaga Persero.
Selain perusahaan nasional, juga terdapat bekas bangunan perusahaan dari negara lain, seperti Societa Commissionaria Di Esportazone E Di Importazione (Incorporated In Switzerland) dan Geo Wehry & co yang merupakan perusahaan milik Belanda.
Tak hanya bangunan bekas perusahaan di kawasan ini juga terdapat De Javache Bank 1864 (dulu Bank Indonesia).
De Javache Bank merupakan kantor perbankkan tertua di Minangkabau, sekaligus menjadi gedung cabang ketiga di Hindia Belanda kala itu.
Tak jauh dari gedung Geo Wehry & co, terdapat gedung Padangsche Spaarbank yang dulu sempat dialihfungsikan menjadi Bank Tabungan Sumatera Barat.

Tepat di samping Sungai Batang Arau, terdapat sebuah bekas rel kereta api yang dulu digunakan untuk bongkar muat barang hasil perdagangan antara kaum pribumi dan pedagang dari negara lain.
Meskipun sudah tak secantik dulu, namun bangunan-bangunan tersebut kini masih ada yang dikelola baik. Ada yang dijadikan museum, cafe, bank, taman baca dan lainnya.
Bagi kamu yang suka hunting, banyak sekali spot-spot foto yang instagramale di sini. Tampak, sepanjang jalan banyak anak-anak muda yang tengah melakukan pemotretan di sini.
Bukan hanya itu, kapal-kapal pesiar milik Negara asing yang berlabuh di sana, menambah kesan mewah tempat ini. Bagi pembaca setia Teraskabar.com yang ini ke sana, tidak perlu memikirkan harga tiket masuk karena tempat ini gratis untuk dikunjungi. [*]