Teraskabar.com - Bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, pohon tumbang merupakan dampak cuaca ekstrem. BNPB mengimbau dan menekankan kepada pemangku jabatan di daerah untuk siaga menghadapi cuaca ekstrem.
Menurut catatan BNPB, sejak 1 Januari - 9 Oktober 2022, peristiwa banjir sebanyak 1.083 kali, cuaca ekstrem 867 dan tanah longsor 483 kejadian.
Menyusul cuaca panas berkepanjangan dengan potensi bencana kekeringan hingga kebakaran hutan dan lahan. Pada periode yang sama sebanyak 239 peristiwa, gempabumi dan gunungapi 21 peristiwa, gelombang pasang atau abrasi 21 dan kekeringan 4 kejadian.
Akibat dari rentetan bencana tersebut, sebanyak 160 jiwa meninggal dunia, 28 hilang, 790 luka-luka dan 3.193.001 terdampak bencana.
Kerugian yang ditimbulkan atas bencana selama 10 bulan ini meliputi 31.170 rumah rusak, 882 fasilitas rusak, 501 fasilitas pendidikan rusak, 306 rumah ibadah rusak, 75 fasilitas kesehatan rusak, 137 kantor rusak dan 137 jembatan rusak.
Kepala BNPB Suharyanto menyampaikan, adapun peristiwa selama seminggu terakhir (3-9 Oktober 2022), terjadi 66 kasus bencana hidrometerologi basah. Meliputi 35 kejadian banjir, 16 tanah longsor dan 15 cuaca ekstrem.
"Dari seluruh kejadian itu, ada sebanyak 9 jiwa meninggal dunia, 1 hilang dan 151.156 warga terdampak," ujar Suharyanto.
Sekait dengan dampak grafis di atas BNPB meminta pemerintah daerah agar segera menerbitkan status tanggap darurat apabila terjadi bencana.
Baca Juga: 3.702 Warga Terdampak Banjir Bandang Garut-Jawa Tengah
Alasannya, agar seluruh stakeholder dapat memberikan bantuan dan dukungan untuk mengurangi dampak risiko, baik meminimalisir jatuhnya korban jiwa maupun kerugian materi dan penghidupan lainnya. [*]