Teraskabar.com - Rencana referendum atas bekas operasi Rusia terhadap Ukraina. Kabarnya Presiden Rusia Vladimir Putin akan berkomunikasi dengan kepala daerah Ukraina, yang ingin pisah dari Ukraina. Kata Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, saat konferensi pers di Moskow, Rabu (28/9/2022).
Sejumlah organisasi dan komunitas Internasional bersama sejumlah negara di Eropa (barat) dan Amerika Serikat, mengutuk keras atas tindakan tersebut. Mereka menyatakan wilayah yang meninggalkan Ukraina tidak akan mendapat pengakuan.
Kantor berita pro pemerintah Rusia, mengumumkan bahwa 98 persen pemilih, memilih untuk bergabung dengan Rusia, setelah referendum di wilayah Kherson, Zaporizhzhia, Donetsk, dan Luhansk di Ukraina.
Sementara beberapa wilayah caplokan Rusia, yang telah mengalami nasib parah atas operasi khusus militer Rusia. Seperti di Donbas, Peskov menyatakan, kalau sebagian wilayah Donetsk masih di bawah kendali Ukraina.
"Oleh karena itu, minimal perlu membebaskan seluruh wilayah Republik Rakyat Donetsk (sebelum membatalkan operasi)," kata Juru Bicara Kremlin, melansir Anadolu Agency, Rabu (28/9/2022).
Dmitry Peskov mengecam sikap dan tindakan Amerika Serikat (AS). Tekait pernyataan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, yang menyampaikan, senjata Amerika Serikat dan militer akan ikut turun ketika terjadi pemungutan suara di beberapa wilayah kekuasaan (jajahan) Rusia di Ukraina.
"Semakin banyak Amerika terlibat dalam konflik ini, ini menjadi bagian dari mereka (kami lawan-red) dan situasi akan semakin genting alias berbahaya," tegas Dmitry Peskov.
Rusia, Türkiye Harus Melawan Sanksi Bank AS
"Keputusan bank-bank (Türkiye ) Turkey untuk berhenti menggunakan sistem Mir, itu terjadi atas tekanan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya dari Amerika Serikat," kata Peskov.
"Situasinya rumit, dan, tentu saja, kita perlu bersama-sama mencari cara untuk melawan tekanan ini (sanksi Bank AS-red) sedemikian rupa. Setidaknya tidak membahayakan kerja sama perdagangan dan ekonomi kita. Tidak menghilangkan jutaan turis Rusia yang mengunjungi Türkiye, setiap tahun dengan kondisi nyaman dan aman,” katanya.
Beralih ke kesepakatan biji-bijian, juru bicara Kremlin mengatakan Rusia tertarik dengan implementasinya, tetapi biji-bijian harus ekspor ke negara-negara termiskin.
"Upaya bersama lebih lanjut diperlukan oleh PBB dan penjamin kesepakatan ini, yang bertujuan untuk memastikan bahwa penerima bantuan (gandum) terutama negara-negara termiskin," katanya.
Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov menggarisbawahi bahwa pencabutan sanksi dari pupuk Rusia adalah bagian dari kesepakatan juga.
Kecelakaan di Nord Stream 2 'Masalah Besar Bagi Rusia'
Peskov menyebut kecelakaan di jalur pipa Nord Stream 2 sebagai "masalah besar bagi Rusia" dan hilangnya aset berharga.
"Ini adalah masalah besar bagi kami. Kedua jalur Nord Stream 2 diisi dengan gas, seluruh sistem siap untuk memompa gas, dan gas ini sangat mahal," kata Peskov.
"Gas ini menghabiskan banyak uang, sekarang gas ini menguap ke udara," tambahnya.
Peskov menolak tuduhan tentang keterlibatan Rusia dalam kecelakaan itu sebagai "dapat diprediksi, tidak masuk akal dan bodoh", menunjukkan bahwa Presiden AS Joe Biden berbicara tentang perlunya "untuk menyingkirkan pipa Nord Stream 2" pada awal tahun.
"Apakah Anda ingat pernyataan presiden AS, yang dibuat pada awal Februari? Siapa yang berjanji untuk menyingkirkan Nord Stream 2? Apa yang dimaksud presiden AS, kami tidak tahu," katanya.
Rusia akan bersikeras bahwa Gazprom, sebagai pemilik pipa, berpartisipasi dalam penyelidikan keadaan darurat, katanya.
Peskov mengatakan bahwa Rusia menderita kerugian akibat kecelakaan di jalur pipa, sementara perusahaan energi Amerika mencuri keuntungan.
"Kami melihat keuntungan besar dari pemasok gas alam cair Amerika, yang telah melipatgandakan pasokan mereka ke benua Eropa, mereka sangat, sangat tertarik untuk mendapatkan lebih lanjut keuntungan super-super ini."
"Apakah kami tertarik dengan ini? Tidak, kami tidak tertarik, kami telah kehilangan rute pasokan gas ke Eropa," katanya.
Juru bicara Kremlin mengatakan situasi tersebut menimbulkan banyak pertanyaan dan menuntut dialog dari para pihak. "Saat ini, kami melihat defisit mutlak dari dialog semacam itu," katanya. [*/TK]